Saturday, January 03, 2015
Betapa leganya mendengar kabarmu lagi
Setelah tahun-tahun yang kuhabiskan untuk bersembunyi
Bagaimana pun aku harusnya senang kau ada di sana
Setidaknya kau tak kan melihatku terpuruk
Mati berkali-kali bersama harapan tentangmu
Jahatnya aku yang malah hampir saja menyerah mendoakanmu
Padahal kau, di sana dengan setiap inci kekuatanmu berjuang, tak lelah
Anehnya justru aku yang seolah paling lemah
Sungguh, maafkan aku yang hampir saja tak kuat menggenggam lagi mimpiku
Melawan kenyataan yang semakin berjauhan
Setelah tahun-tahun yang kuhabiskan untuk bersembunyi
Bagaimana pun aku harusnya senang kau ada di sana
Setidaknya kau tak kan melihatku terpuruk
Mati berkali-kali bersama harapan tentangmu
Jahatnya aku yang malah hampir saja menyerah mendoakanmu
Padahal kau, di sana dengan setiap inci kekuatanmu berjuang, tak lelah
Anehnya justru aku yang seolah paling lemah
Sungguh, maafkan aku yang hampir saja tak kuat menggenggam lagi mimpiku
Melawan kenyataan yang semakin berjauhan
Bagaimana bisa kau tak menangis?
Tolong menangislah! Buat aku tak merasa meringis sendirian
Tapi kau terlalu lelah untuk lemah, terlalu lelah untuk menyerah
Ajari aku untuk tetap sekuat itu
Friday, January 02, 2015
Izinkan aku memulai perjalanan ini
Mengawali hari dengan berpura-pura menjadi dewasa
Atau mungkin memang seharusnya terbiasa
Izinkan aku menjemput rindu yang tak tahu malu ini
Menerjang derasnya hampa yang terbiasa tanpa mimpi
Atau hanya muak berdiam di balik nadi
Sampaikan murka tiada terperi
Izinkan aku menenangkan hati sebentar lagi
Mengurusnya, berucap damai dengannya
Mungkin harusnya tak sulit,
Tapi kenyataan ini membuat semuanya pahit
Izinkan aku tak memikirkan diri sendiri kali ini
Menggapai kebahagiaan untuknya, yang terlalu biasa tersakiti
Atau mungkin aku, sudah tak tahan lagi tersenyum palsu menertawai
Entah apa, mungkin hanya sebongkah gengsi
Tapi, izinkan aku sekali ini meneteskan air mata lagi
Untuk hari-hari kelam yang ku paksa ceriakan
Untuk goresan luka yang membusuk terabaikan
Biarkan aku menangis lebih keras lagi
Mengenang tawa yang nyatanya hanya mimpi
Subscribe to:
Posts (Atom)