Tuesday, August 26, 2014
http://sissyjupe.com/Images/web-room.gif |
Sejenak renungan atas alasan aku di sini
Tentang mimpiku yang akhirnya kau bangunkan
Juga semangatku yang begitu saja berlarian
Sejenak hilang, berganti kegelisahan
Sepertinya aku yang membanggakanmu bagai
berlian
Sebilah kenangan atas pikiran yang kau sematkan
Mungkin memang persepsi kita tak sejalan
Tapi adakah upaya menyatukannya?
Setidaknya perlihatkan padaku niat baikmu
Untuk sebuah ruang, yang pernah kita namakan
baru
Menangislah untuk empat tembok yang mengurung
kalian
Sebab aku tak lihat lagi jiwa di dalam sana
Hanya kepentingan dari masing-masing kita yang
tujuannya berlainan
Komitmen kita telah pudar, akui saja lah!
Jiwa kalian tak di sini lagi, atau memang tak
pernah di sini
Tanpa jiwa, hanya onggokan tulang yang berjalan,
yang kapanpun waktunya sangat mudah tumbang
yang kapanpun waktunya sangat mudah tumbang
Mohon ingat lagi kenapa kita pernah ada di
ruang ini
Mengapa kita injakkan kaki di lantai tempat
aksara menari
Membaca setiap tulisan dari dinding yang pernah jadi senderan
Mengeja setiap lekuk tinta dari pena yang pernah kita genggam bergantian
Membaca setiap tulisan dari dinding yang pernah jadi senderan
Mengeja setiap lekuk tinta dari pena yang pernah kita genggam bergantian
Sebuah ruang yang kita sebut kendaraan
Sebingkai cerita dari mereka yang katanya
berkilauan
Kupikir ruangan ini sakit, nyatanya malah sudah
koma
Ingin terus hidup, tapi koma
Ingin mati saja, tapi koma
Bukan membantu, kita hanya saling membatu
Bukan membantu, kita hanya saling membatu
Ternyata memang sebegitunya..
Kupikir ruangan ini lain
Kupikir ruangan ini kuat
Tapi Ruangan ini semakin dingin..
Semakin gelap, semakin engap
Teruntuk ruang, yang jiwanya berceceran.
Thursday, August 21, 2014
Judul : Manusia Sekolah & Sekolah
Manusia
Penulis : M. Ghufran H. Kordi K.
Penerbit : Pustaka Baru
Tahun : 2013
Resensi oleh :
Yunia Astuti
Sekalipun pendidikan formal bukanlah segalanya,
sehingga putus sekolah pun bukan akhir dari segalanya. Atau kecerdasan
intelektual, hanya lah satu dari beberapa kecerdasan seseorang. Namun,
realitasnya sekolah formal dan kecerdasan intelektual masih merupakan “tuhan”
dan “kitab suci” di negeri ini.
Sudah muak dengan mahalnya
pendidikan di negeri ini? Atau betapa sekolah tidak mencerminkan diri sebagai
institusi yang mendidik anak-anak manusia? Buku ini membahas topik-topik dasar
yang nyatanya belum juga terselesaikan. Hal-hal dasar yang harus segera diubah,
jika ingin pendidikan di Indonesia mampu membangun bangsa ini.
Wednesday, August 20, 2014
![]() |
http://2.bp.blogspot.com/ |
Pernah ku buka sebuah majalah usang, yang di tahun terbitnya tertera tahun kelahiranku. Ada beberapa cerpen dan sajak yang maknanya masih kuingat jelas sampai sekarang.
Ceritanya bagus, terlalu nyata untuk menjadi sebuah fiksi. Yang ku ketahui kemudian, itu semua terinspirasi dari sebuah konflik di belahan dunia sana. Waktu itu aku masih kecil, belum cukup tau dimana dan apa persisnya yang terjadi.
Sajaknya membuatku ngeri, Begitu parah kah?
Yang tidak terpikirkan olehku waktu itu, kisah-kisah menyayat hati itu masih ku dengar hingga saat ini. Cerita dan berita terus saja menggema di seluruh media yang masih peduli, katanya.
Sebuah negeri yang tak terjamah kedamaian
Negeri yang tak tersentuh ramahnya kemanusiaan
Negeri yang bertahan walau keadaan pas-pasan, bahkan kekurangan
Negeri, yang mati-matian mempertahankan tempat tinggal yang dirampas dengan paksaan.
Gaza, apa kabarmu malam ini?
Masihkah mesiu dan teror sebagai dongeng pengantar tidur anak-anakmu?
Kepulan asap dan puing tembok rumah sebagai selimut penghangatmu?
Gaza.. Apa aku terlalu mengenalmu?
Karena seingatku, sudah belasan tahun lalu ku baca kepingan ceritamu.
Negeri seribu doa, satu cita-cita
Jangan bangkit Gaza! Karena bahkan kau tak pernah tertidur.
Diam saja, biarkan sampai mereka yang katanya manusia diperlakukan bukan sebagai manusia.
Lemparan batu dari malaikat-malaikat kecilmu yang bersanding dengan tank-tank baja akan selalu menjadi cerita, bahwa kau menang, dan akan selalu menang.
Doaku kan menembus jarak menuju negerimu.
Postingan ini adalah kurikulum KOMBUN periode ke-1 Bulan Agustus 2014, dengan tema "Agama, Politik dan Kemanusiaan dalam Konflik Gaza"
Sunday, August 03, 2014
Pada saatnya aku hanya bisa diam
http://aratiwpcoder.files.wordpress.com
Karena kata-kata apapun tak akan ku mengerti, tak berarti
Dan hanya bisa diam
Karena apapun yang ku lakukan, tidak akan bisa mengubah pendirianku waktu itu
Maka hanya terus diam,
Menelan lagi kenangan
Apa harus ku coba tetap diam?
Mengunyah kata yang aku ucapkan?
Mungkin harus lebih diam,
Mencerna perasaan yang sudah tak lagi ku kenal
Apa cukup dengan diam?
Ku jelaskan yang ada di hati lalu ku mengerti?
Berharap apa kau jika diam?? Kelam….
Lelah ku tahan dalam diam,
Hingga semua yang bicara
Lalu aku akan benar-benar diam.
Subscribe to:
Posts (Atom)